Rabu, 04 November 2009

LIMBAH TAHU, KOTORAN TERNAK DAN MANUSIA
Sebagai ALTERNATIF MENGHEMAT UANG DARI
LIMBAH YANG MENJIJIKKAN
Penulis :
M.Khairul Ihwan, MT
Alumni Magister Sitem Teknik UGM
SMKN 1 Selong
Alamat : BTN Puri Gelang Indah, Blok F No.4, Sukamulia,
Lombok Timur.
Sapen GK I/631 Yogyakarta.
Jumlah pengusaha tahun tempe di Pulau
Lombok meningkat cukup signifikan. Hal ini
didasarkan pada semakin tingginya konsumsi
tahu tempe di daerah ini. Kondisi ini terjadi
akibat daya beli masarakat akibat krisis masih
rendah, sehingga tahu tempe adalah pilihan
bijak sebagai lauk pauk. Namun, di satu
sisi….! Limbah tahu menjadi persoalan
tersendiri. Limbah ini berbau busuk yang sangat menyengat sehingga
mengganggu aktifitas masyarakat. Serba dilema memang…..!, Jika
pengusaha tahu di paksa membuat IPAL sendiri, kondisi modal dan
volume produksi tidak bisa menutupi ongkos pembuatan instalasi limbah
sendiri. Di khawatirkan produsen tahu kehabisan modal.
Peternakan kambing, sapi, kuda, ayam masih
menjadi profesi sebagai kecil masyarakat di
Lombok. Tingkat pendidikan rendah dan lapangan
kerja yang sempit menimbulkan
masyarakat produktif tidak punya
pilihan dalam mencari nafkah.
Sayangnya, kandang – kandang ini berada di
tengah tengah pemukiman warga. Kondisi
semacam ini menimbulkan bau yang mengganggu warga yang lain.
Permasalahannya hampir sama dengan dampak yang diakibatkan oleh
limbah tahu.
Dari temuan ini, saya berpendapat
bahwa hanya pemerintah daerah lah
yang harus bertindak dalam
menyelesaikan permasalahan ini.
Pemerintah daerah di tuntut harus lebih
sungguh-sungguh dalam menanggulangi
persoalan ini. Libatkan setiap elemen
masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan setiap program yang di
berikan kepada masyarakat, sehingga jangan terkesan “hanya proyek”
sedangkan kualitas “NOL BESAR”
Sebagai contoh misalnya, instalasi pengolah air limbah yang ada di
Dusun Bile Sundung, Desa Danger, Kecamatan Masbagek adalah potret
Pemerintah Daerah yang tidak sungguh-sungguh dalam melakukan
pengendalian pencemaran limbah tahu. Instalasi ini macet total karena
perencanaan dan pembangunan yang salah dari aspek teknik
pengelolaan limbah tahu. Saluran tersumbat, kolam pengendapan terlalu
dangkal, buangan limbahnya belum layak di buang ke sungai.
Oleh karena limbah cair dari kotoran ternak dan proses produksi
tahu menimbulkan bau yang sangat menyengat dan mengganggu
masyarakat, sementara itu biaya bahan bakar minyak semakin tinggi
saja. Maka solusi yang menarik di tawarkan melalui konsep yang
sederhana yaitu pemanfaatan limbah yang sangat mengganggu sebagai
bahan bakar pengganti minyak tanah......?.
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses fermentasi bahanbahan
organik oleh bakteri-bakteri anaerob yaitu bakteri yang hidup
dalam kondisi kedap udara. Bahan organik tersebut dimasukkan ke
dalam ruangan tertutup kedap udara yang disebut digester sehingga
bakteri anaerob akan membusukkan bahan organik tersebut
yang kemudian menghasilkan gas yang disebut Biogas. Biogas yang
telah terkumpul di dalam digester selanjutnya dialirkan melalui pipa
PVC menuju ke lokasi penggunaannya seperti kompor dan lampu.
Komposisi gas yang terdapat di dalam Biogas adalah: Methana (CH4) 40
– 70%, Karbondioksida (CO2) 30 – 60%, Hidrogen (H2) 0 – 1%, dan
Hidrogen Sulfida (H2S) 0 – 3%.
Nilai kalori dari 1 meter kubik Biogas sekitar 6.000 watt jam yang
setara dengan setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu
Biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, butana, batubara,
maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil.
Pembakaran gas methan untuk memasak menghasilkan api biru
dan tidak mengeluarkan asap. Sebagai contoh, gas methane yang
dihasilkan dari 40 kilogram kotoran sapi dapat digunakan untuk
memanaskan kompor selama 6 jam. Jika seekor sapi rata-rata dapat
menghasilkan kotoran dicampur air sekitar 20 kilogram setiap hari,
berarti dua ekor sapi sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan energi
sebuah dapur, Gas yang dihasilkan dialirkan melalui selang plastik ke ke
kompor. Selain itu, biogas di pake untuk penerangan dengan
menghubungkan langsung sebuah pipa ke lampu storongking, nyala yang
dihasilkanpun sama dengan berbahan bakar minyak tanah.
Ditinjau dari aspek ekonomis, limbah kotoran ternak, tahu tempe
dan kotoran manusia yang telah hilang gasnya merupakan pupuk
organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan
oleh tanaman. Keluarga yang menggunakan biogas sudah
tidak membutuhkan pembelian bahan bakar karena sudah bisa
terpenuhi kebutuhannya.
Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk
menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair)
homogen seperti kotoran manusia, limbah tahu tempe, kotoran
peternakan ayam dll. Untuk kotoran manusia sangat mungkin
menyatukan saluran pembuangan di kamar mandi atau WC ke dalam
sistem Biogas.
Terakhir, alangkah indahnya hidup para pengusaha tahu tempe
dan peternak sapi di lombok jika memiliki instalasi bio-gas sehingga akan
membantu kehidupan mereka dari kebutuhan minyak tanah dan
penerangan akibat lampu PLN yang sering padam. Peran pemerintah
daerah hendaknya lebih geliat terhadap teknologi sederhana, tepat guna
dan murah yang sangat berdampak langsung bagi masyarakat.
Penggunaan bio gas dari kotoran manusia juga perlu
dikembangkan terutama untuk kantor-kantor pemerintah dan swasta,
sekolah-sekolah, pesantren, kost-kostan atau keluarga dengan penghuni
diatas 5 orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar